Jumat, 22 Mei 2009

Bangkit dari Krisis dengan Industri Kreatif


Pada akhir desember tahun lalu, yakni bertepatan dengan peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2008 bertempat di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif.


Tema Indonesia Kreatif 2009 sangatlah inspiratif bukan saja hanya dalam mengatasi dampak gejolak ekonomi global, tetapi juga melihat kontribusi sektor ini terhadap ekonomi nasional. Pada tahun 2008 misalnya, sumbangan industri-industri kreatif telah mencapai 6.3 persen dari GDP Nasional (Produk domestik bruto). Disamping itu, sektor ini juga menyumbang 10.6 persen dari total ekspor nasional. Nilai ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi ekspor industri kreatif di Singapura (total ekspor 2.8 persen) maupun Inggris (total ekspor 7.9 persen). Industri kreatif juga terbukti mampu bertahan di tengah terpaan badai krisis keuangan global, padahal industri lainnya, terutama industri manufaktur yang berorientasi ekspor ke Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sudah banyak yang bergelimpungan.

Jika industri lain lebih banyak di topang oleh modal dan tenaga kerja, maka industri kreatif bertumpu pada karya. Hal ini sesuai dengan karakter industri kreatif yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan kerja dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Pengertian ini sejalan dengan definisi industri kreatif dari UK DCMS Task Force 1998 yang menyebutkan : ”Creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content” (Tim Riset Dep. Perdagangan RI, 2008).

Jadi, dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa modal utama industri kreatif adalah sumber daya manusia, ide, kreativitas dan inovasi. Saya ambil contoh adalah industri web. Dalam skala mikro, industri web bisa dijalankan dengan hanya sedikit orang dan biaya. Dengan mengandalkan orang-orang yang ahli di bidang desain web, program web, database, marketing dan project management maka jadilah sebuah perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi.

Sebagai contoh, Microsoft Corp mampu menjadi perusahaan terbesar dan terkaya di dunia dengan aset dan jumlah sumber daya yang relatif kecil dibandingkan dengan sebuah perusahaan eksplorasi minyak sekelas Exxon. Belum lagi contoh-contoh sukses lainnya seperti Google, Oracle atau diskala nasional ada Sudarpo Informatika, Zahir Accounting, Andal Software, dan sebagianya.Contoh lain adalah industri seni rupa dan seni karya di Bali, industri kerajinan keramik dan gerabah di Yogyakarta dan industri busana dan belanja di Bandung. Dari ketiga daerah tersebut, Bali bisa dikatakan unik karena industri kreatif menopang 70 persen dari keseluruhan ekonomi di pulau dewata tersebut. Hal ini tidak terlepas dari fungsi dan peran Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional. Sama halnya dengan Kota Bandung yang dijadikan sebagai pusat wisata.

Pemerintah kemudian membagi ekonomi kreatif ini dalam empat belas kelompok industri kreatif :

1. Periklanan (kreasi dan produksi iklan)
2. Arsitektur (tata kota, pertamanan, konservasi budaya, lelang dan sebagainya)
3. Pasar seni dan barang antik
4. Kerajinan
5. Desain (interior, eskterior, grafis dan sebagianya)
6. Tata busana (fashion)
7. Film dan fotografi
8. Permainan kreatif
9. Musik
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan/percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Televisi dan radio
14. Riset dan pengembangan.
Di samping itu, proses ekonomi kreatif hanya akan terbentuk jika masyarakat telah memiliki IT Literacy (Melek Teknologi Informasi) yang tinggi. ICT (Information and communication technology) akan berfungsi sebagai industri itu sendiri, sebagai alat untuk menciptakan industri dan sebagai alat untuk mengerti tentang pasar dan konsumen.

Industri Kreatif di Batam

Lalu, bagaimana dengan industri kreatif di Batam? Merujuk visi “Visit Batam 2010” tersirat bahwa pemerintah kota Batam telah menjadikan industri kreatif sebagai salah satu pokok tujuan, meskipun hasilnya masih belum maksimal. Saya katakan tersirat karena Batam belum merumuskan cetak biru industri kreatif untuk beberapa tahun mendatang.

Meskipun demikian, awal tahun 2009 ini merupakan awal yang tepat untuk melakukan “starting point” mengembangkan industri kreatif di Batam. Busana, seni pertunjukan dan konservasi budaya merupakan beberapa kelompok industri kreatif yang pontensial digalakan. Apalagi jika dipadukan dengan konsep wisata budaya, Batam memiliki gedung eksibisi kelas internasional “Sumatra promotion center”, Jembatan Barelang, wisata ke Pulau galang dan juga “Surga belanja”.

Jangan lupa, kita juga berdekatan langsung dengan negeri jiran Singapura dan Malasyia yang merupakan salah satu tujuan wisata dunia. Jika industri kreatif kita mampu menarik para wisatawan tersebut untuk singgah juga di Batam, itu merupakan sebuah keuntungan yang besar. Misalnya dalam sebuah paket perjalanan Batam-Singapura-Kualalumpur.
Sejak beberapa tahun yang lalu, Batam juga telah menetapkan diri sebagai salah satu tujuan kota “MICE” (Meeting, invention, conference and exhibition), bukan hanya tingkat nasional namun juga internasional. “MICE” merupakan salah satu implementasi industri kreatif dibidang budaya dan pertunjukan.

Karena itu diperlukan kerjasama yang erat, saling menunjang dan bersimbiosis yang saling menguntungkan antar semua pihak yang terkait terutama para intelektual (aktor/kreator), bisnis dan pemerintah. Ketiga komponen inilah biasa disebut dengan “triple helix” dalam industri kreatif. Batam tidak boleh hanya bergantung pada sumber daya alam (SDA), karena pun faktanya Pulau Batam tidak memiliki SDA yang memadai. Mau tidak mau, selain industri manufaktur, Batam harus memfokuskan diri pada industri yang berbasiskan asset kekayaan intelektual. *** (12 Januari 2009)

Sumber :

Nurhadi Alumni ITS Surabaya, writerpreneur dan juga member PROFEC (Professional and entrepreneur club) Batam.
http://batampos.co.id/Opini/Opini/Bangkit_dari_Krisis_dengan_Industri_Kreatif.html
22 Mei 2009

Sumber Gambar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar