Kamis, 21 Mei 2009

Industri Kreatif Film Perlu Ditopang Fakultas Film


Film adalah industri kreatif yang prospeknya bagus, apalagi film-film Indonesia ikut serta dipromosikan di Festival Film Cannes 2009, 13-23 Mei 2009.
Karena itu, ke depan industri perfilman perlu ditopang dengan dibukanya fakultas film di berbagai perguruan tinggi. Pihak perbankan diharapkan bisa memberikan kredit dengan bunga rendah untuk memproduksi film.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik mengatakan hal itu ketika melepas tim yang dipimpin Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film Tjetjep Suparman, bertolak ke Marche du Film Festival de Cannes, Perancis. India bisa memproduksi film sampai 700 judul setahun, dan diputar di 1.200-an bioskop. Indonesia ditargetkan tahun 2009 ini bisa memproduksi 100 judul film. Agar banyak film yang bisa diproduksi, perlu orang-orang kreatif lulusan fakultas film, katanya, Senin (11/5) di Jakarta.

Tahun ini Indonesia mempromosikan 19 judul film ke Festival Film Cannes 2009. Film-film tersebut adalah Terowongan Rumah Sakit, Sumpah Pocong, Mati Suri, Ayat-ayat Cinta, Kalla, Perempuan Berkalung Sorban, Janda Kembang, Kereta Hantu Manggarai, Kuntilanak Kamar Mayat, Ketika Cinta Bertasbih, The Real Pocong, Apa Artinya Cinta, Eiffel... I'm in Love, Kuntilanak 3, Jamila dan Presiden, Sepuluh, Bukan Cinta, Generasi Biru, dan Queen Bee.
Jero Wacik menjelaskan, produksi film Indonesia ada peningkatan dari segi jumlah. Tahun 2005 sebanyak 33 judul film, 2006 sebanyak 34 judul, 2007 meningkat menjadi 53 judul, dan tahun 2008 sebanyak 87 judul film. Tahun 2009 per bulan Mei, sudah diproduksi 26 judul film, dan diperkirakan sampai 100 judul hingga akhir tahun.

Menurut dia, banyak produksi film tak cukup. Mutu film harus terus-menerus ditingkatkan dan jadi perhatian insan perfilman. Mendorong kemajuan perfilman Indonesia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan terus melobi maskapai penerbangan asing agar memutar film-film Indonesia. Dan juga menawarkan produser film di mancanegara untuk menjadikan Indonesia lokasi shooting.

Ratna Sarumpaet, tokoh teater dan orang baru di film ketika berdialog dengan Jero Wacik berharap, pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan untuk fasilitas. Orang-orang film tak akan meminta anggaran kepada pemerintah, tetapi bagaimana fasilitas dipermudah. Selain itu, bagaimana pajak yang dibebankan kepada produser bisa diberi kekhususan, tidak disamakan, katanya.

Ratna juga mengemukakan bahwa pihak perfilman asing kesulitan bermitra dengan Indonesia karena Indonesia sampai saat ini belum punya database orang-orang di perfilman.
Tentang pajak ini, Menbudpar berjanji akan memperjuangkannya. Bagaimana produser film tidak dibebani pajak selama lima tahun. Sebab film adalah industri yang sedang tumbuh dan sedang dibina pemerintah, tandasnya. Sedangkan tentang database, segera dibuat directory tentang orang-orang dan film Indonesia.

Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia, Raam Punjabi, mengatakan, Indonesia sudah lama berpartisipasi berpromosi di Festival Film Cannes, tetapi keikutsertaan itu masih bersifat parsial dan sporadis. Artinya, para produser berangkat sendiri-sendiri untuk kepentingan masing-masing.

Tiga tahun terakhir berjalan secara terkoordinasi dengan difasilitasi pemerintah. Semoga keikutsertaan Indonesia di Festival Film Cannes 2009 mendongkrak pasar film Indonesia di kancah internasional, katanya. (NAL) (11 Mei 2009)

Sumber :
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/05/11/18431626/industri.kreatif.film.perlu.ditopang.fakultas.film
22 Mei 2009

Sumber Gambar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar